Masalah utang bisa menjadi sumber konflik dalam rumah tangga, apalagi jika mengambil pinjaman tanpa komunikasi yang terbuka. 

Banyak kasus di mana seorang suami memiliki banyak hutang tanpa sepengetahuan istri, yang kemudian berdampak serius pada kondisi keuangan keluarga. 

Namun, apakah istri wajib ikut menanggungnya? Mari kita bahas dari sisi hukum dan solusi terbaiknya.

Dasar Hukum Hutang Suami dan Istri

Menurut hukum perdata di Indonesia, utang yang dibuat selama masa pernikahan umumnya menjadi tanggung jawab bersama, jika utang tersebut digunakan untuk keperluan rumah tangga. Hal ini tertuang dalam Pasal 35 Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 tentang harta bersama.

Namun, jika seorang suami berutang tanpa sepengetahuan istri untuk kepentingan pribadi, misalnya investasi berisiko, utang konsumtif, atau untuk keperluan di luar rumah tangga, maka hukum bisa berpihak lain. 

Istri bisa tidak bertanggung jawab atas utang tersebut, terlebih bila bisa dibuktikan bahwa ia tidak tahu-menahu atau tidak menikmati hasil dari utang tersebut.

Putusan Mahkamah Agung pun pernah menyatakan bahwa salah satu pasangan tidak wajib menanggung utang pasangannya jika tidak mengetahui atau tidak menyetujui transaksi tersebut. Jadi, penting untuk memahami konteks dan tujuan dari utang yang dibuat oleh pasangan.

Kalkulator Program Dana Talangan

Dapatkan estimasi cicilan dan cek kelayakan Anda.

4.00%
24 Months
Kebutuhan primer, edukasi, dll.
Rp 0.00
Rp 0.00
Rp 0.00

*Syarat dan Ketentuan Berlaku

Ajukan sekarang

Cara Mengatasi Utang Pasangan Suami Istri

Meski secara hukum bisa jadi istri tidak wajib menanggungnya, secara moral dan emosional, utang tetap bisa menjadi beban bersama. Terlebih jika sudah berdampak pada kelangsungan rumah tangga. Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah ini:

1. Belajar Terbuka Tentang Finansial 

Komunikasi merupakan kunci penting dalam pernikahan. Maka, langkah pertama dan paling krusial untuk mengatasi utang dalam rumah tangga ialah membangun komunikasi finansial yang terbuka. Jangan menunggu sampai utang menumpuk baru terbuka. 

Suami istri perlu membicarakan pemasukan, pengeluaran, utang, dan tujuan keuangan bersama sejak awal pernikahan. Keterbukaan ini akan mencegah masalah keuangan menjadi bom waktu dalam hubungan.

2. Tentukan Porsi Pengeluaran Bersama

Mengatur keuangan rumah tangga bukan hanya soal siapa yang mencari nafkah lebih banyak, tetapi bagaimana penghasilan tersebut dikelola secara transparan dan adil. Dalam konteks ini, suami dan istri perlu menyepakati bersama pembagian tanggung jawab finansial sejak awal pernikahan atau setidaknya ketika mulai menyatukan keuangan.

Misalnya, mereka bisa berdiskusi tentang siapa yang akan menangani pembayaran tagihan rumah tangga seperti listrik, air, dan internet; siapa yang bertanggung jawab atas cicilan rumah atau kendaraan; serta bagaimana biaya kebutuhan anak seperti sekolah, kesehatan, dan pakaian akan dibagi. Pembagian ini tidak harus selalu 50:50, tetapi bisa disesuaikan dengan kemampuan dan penghasilan masing-masing pasangan.

Dengan adanya pembagian yang jelas dan disepakati bersama, maka keuangan keluarga akan lebih tertata. Ini juga akan membantu menghindari kesalahpahaman di kemudian hari, terutama jika terjadi masalah utang. 

Ketika salah satu pihak memiliki utang pribadi, misalnya utang kartu kredit untuk belanja pribadi atau pinjaman yang tidak disampaikan ke pasangan, akan lebih mudah menilai apakah utang tersebut menjadi tanggung jawab bersama atau bukan.

Baca Juga: Cara Melunasi Utang Rp200 Juta Agar Cepat Selesai

3. Gunakan Jasa Konsultasi Keuangan 

Jika utang sudah terlalu rumit atau mengganggu keseharian, tidak ada salahnya meminta bantuan jasa konsultan keuangan sebagai mediator. 

Dalam hal ini, jasa konsultan keuangan bisa membantu menyusun strategi pelunasan utang, membuat anggaran realistis, hingga memberikan insight tentang cara mengelola emosi dan komunikasi finansial dalam pernikahan.

4. Mengajukan Program Dana Talangan

Jika utang pasangan sudah terlanjur menumpuk dan sulit dikendalikan, langkah yang bisa diambil bersama adalah mengajukan program dana talangan melalui platform seperti FLIN. Program ini dirancang untuk membantu pasangan yang ingin melunasi utang dengan skema pembayaran yang lebih ringan dan terstruktur.

FLIN menawarkan solusi melunasi utang dengan menggabungkan beberapa utang menjadi satu pembayaran tetap per bulan. Prosesnya cukup mudah dan cepat:

  • Pasangan yang ingin mengajukan cukup mengisi formulir konsultasi secara gratis.
  • Tim FLIN akan menghubungi dan mendampingi dalam pengisian pengajuan serta dokumen pendukung.
  • Setelah itu, akan dilakukan analisis kredit dan sesi wawancara, dan jika memenuhi syarat, FLIN akan memberikan surat persetujuan (IPA).
  • FLIN kemudian bernegosiasi dengan kreditur untuk menyusun skema pelunasan yang lebih ringan.
  • Sebelum dana dicairkan, pengguna diminta membayar success fee, lalu tinggal melanjutkan cicilan sesuai kesepakatan.

FLIN dapat membantu menangani berbagai jenis utang, seperti Kredit Tanpa Agunan (KTA), utang paylater, kartu kredit, hingga pinjaman online, dengan jumlah pinjaman hingga Rp300  juta. Layanan ini sangat relevan bagi pasangan suami istri yang ingin melunasi utang-utang tersebut secara lebih terstruktur dan terkendali.

Tak kalah penting, FLIN telah bekerja sama dengan lembaga keuangan yang terdaftar dan diawasi OJK, serta menjamin keamanan dan kerahasiaan data pengguna, sehingga Anda dan pasangan bisa menjalani proses ini dengan tenang dan aman. 

Yuk, mulai langkah pertama menuju hidup bebas utang dengan berkonsultasi gratis bersama tim FLIN sekarang juga.

Ambil Langkah Pertama Menuju Hidup Bebas Utang

Pengelolaan pinjaman demi masa depan yang tenang bisa terselesaikan dengan mudah dan aman bersama FLIN

Ambil Langkah Pertama Menuju Hidup Bebas Utang