Pernah merasa keuangan makin kacau dan susah buat bayar tagihan atau pun biaya operasional bisnis? 

Nah, kondisi ini dikenal sebagai financial distress atau kesulitan keuangan. Ini adalah situasi di mana seseorang atau perusahaan mengalami tekanan keuangan yang berat, biasanya ditandai dengan kesulitan membayar utang, operasional yang nggak stabil, atau bahkan risiko bangkrut. 

Kesulitan keuangan bisa diukur dengan menggunakan rasio keuangan seperti Debt-to-Equity Ratio (DER), Interest Coverage Ratio (ICR), dan Altman Z-Score. 

Meskipun keadaan ini tidak selalu berujung pada kebangkrutan, kondisi ini bisa menjadi peringatan awal sebelum perusahaan atau individu benar-benar jatuh ke dalam kebangkrutan. 

Oleh karena itu, penting untuk menganalisis hal ini guna mengambil langkah pencegahan dan menyusun strategi pemulihan yang tepat. Bersama FLIN, mari kenali lebih dalam apa itu financial distress, mulai dari penyebabnya hingga cara mengatasinya!

Apa Itu Financial Distress?

Financial distress atau kesulitan keuangan adalah kondisi ketika individu, bisnis, atau perusahaan mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajiban keuangan mereka, baik dalam bentuk pembayaran utang, gaji karyawan, maupun biaya operasional lainnya. Biasanya, kondisi ini terjadi karena ketidakseimbangan antara pendapatan dan pengeluaran yang berujung pada krisis likuiditas. 

Saat sebuah perusahaan mulai kesulitan bayar cicilan atau nggak mampu menggaji karyawan, itu bisa jadi tanda kesulitan finansial. Hal ini bisa menjadi tanda awal dari kebangkrutan jika tidak segera ditangani dengan strategi yang tepat. Indikator lain yang bisa menjadi tanda awal kesulitan keuangan adalah menurunnya likuiditas perusahaan, meningkatnya utang, serta kesulitan dalam mendapatkan tambahan pendanaan dari investor atau kreditur.

Penyebab Terjadinya Financial Distress

Financial distress tidak terjadi begitu saja. Ada beberapa faktor utama yang jadi penyebabnya. Dari utang yang terlalu besar sampai pengelolaan keuangan yang buruk, kondisi ini bisa menimpa siapa saja—baik individu maupun perusahaan. 

Dengan memahami penyebabnya, Anda bisa lebih siap untuk menghindari atau mengatasi masalah keuangan ini sebelum makin parah. Berikut beberapa faktor utama yang sering menjadi pemicu kesulitan finansial:

Beban Utang yang Berlebihan

Terlalu banyak utang yang berlebihan dengan bunga tinggi bisa membuat keuangan semakin tidak stabil dan penyebab financial distress. Jika cicilan bulanan lebih besar dari pemasukan, risiko gagal bayar makin tinggi dan berujung pada kebangkrutan.

Misalnya ada sebuah perusahaan startup mengambil pinjaman besar untuk ekspansi tanpa perhitungan matang, lalu mengalami kesulitan membayar hutang saat pendapatan turun. Terlalu banyak pinjaman dengan bunga tinggi bisa bikin keuangan makin tercekik. Jika cicilan melebihi pemasukan, besar kemungkinan terjadi krisis keuangan.

Pendapatan yang Menurun

Jika pemasukan menurun secara drastis, sementara pengeluaran tetap tinggi, financial distress bisa terjadi. Faktor seperti penurunan penjualan atau kehilangan pekerjaan bisa memperburuk kondisi keuangan.

Contohnya ketika seorang freelancer yang kehilangan klien utama mengalami penurunan pendapatan drastis dan kesulitan membayar cicilan mobilnya. Saat pemasukan terus menurun tapi pengeluaran tetap tinggi, financial distress bisa terjadi.

Manajemen Keuangan yang Buruk

Adakah dari kalian yang tidak membuat perencanaan keuangan? Ini bisa menjadi asal penyebab financial distress karena kurangnya perencanaan keuangan, pengelolaan uang yang buruk, hingga salah mengambil keputusan investasi. Tanpa rencana keuangan yang jelas maka seseorang menjadi tidak tahu bagaimana cara mengelola pendapatan dengan bijaksana. 

Mengandalkan Satu Sumber Pendapatan

Jika seseorang atau bisnis hanya mengandalkan satu sumber pendapatan sangat berisiko jika terjadi gangguan finansial. Saat sumber pendapatan utama terhenti, kondisi keuangan bisa langsung terguncang. Pentingnya membangun beberapa sumber pendapatan agar bisa menghindari financial distress. 

Kurangnya Diversifikasi Investasi

Ketika semua dana atau aset yang dimiliki hanya ditempatkan pada satu jenis investasi, maka bila terjadi kerugian akan bisa menjadi penyebab financial distress. Jika investasi tersebut mengalami kerugian, seseorang atau perusahaan bisa kehilangan sumber pendapatan utama tanpa ada cadangan lain untuk menopang keuangan. 

Diversifikasi yang buruk bisa memperburuk kondisi finansial, terutama saat pasar mengalami gejolak atau sektor tertentu mengalami penurunan tajam. Sehingga pentingnya untuk memiliki beberapa instrumen investasi dari resiko rendah hingga tinggi seperti saham. 

Baca Juga: Ketahui 8 Cara Mengelola Hutang yang Baik bagi Pemula

Cara Mengukur Financial Distress

Ada beberapa cara untuk mengukur seberapa sehat kondisi finansial, baik untuk individu maupun bisnis. 

Beberapa metode yang sering digunakan adalah rasio utang, likuiditas, dan prediksi kebangkrutan. Berikut adalah beberapa cara untuk mengukur financial distress: 

1. Altman Z-Score

Altman Z-Score adalah model prediksi kebangkrutan yang dikembangkan oleh Edward Altman. Metode ini sering digunakan untuk menilai kesehatan finansial perusahaan dengan menggabungkan beberapa rasio keuangan utama. Altman Z-Score lebih banyak digunakan untuk perusahaan manufaktur dan publik dengan hasil yang lebih kompleks tetapi akurat.

Rumus Altman Z-Score untuk Perusahaan Manufaktur Publik:

Z=(1.2×X1)+(1.4×X2)+(3.3×X3)+(0.6×X4)+(1.0×X5)

Keterangan:

  • X1 = Modal Kerja / Total Aset
  • X2 = Laba Ditahan / Total Aset
  • X3 = Laba Sebelum Bunga dan Pajak (EBIT) / Total Aset
  • X4 = Nilai Pasar Ekuitas / Total Utang
  • X5 = Penjualan / Total Aset

Kategori Hasil:

  • Skor >2.99 = Sehat
  • Skor 1.81–2.99 = Zona abu-abu
  • Skor <1.81 = Risiko tinggi mengalami kebangkrutan

2. Springate Score Model

Metode Springate dikembangkan oleh Gordon L.V. Springate pada tahun 1978 dan merupakan model prediksi kebangkrutan yang mirip dengan Altman Z-Score. Metode ini lebih sederhana dan bisa diterapkan untuk berbagai jenis perusahaan dengan hasil yang lebih cepat.

Rumus Springate Score:

S=(1.03×A)+(3.07×B)+(0.66×C)+(0.4×D)

Keterangan:

  • A = Laba Sebelum Pajak dan Bunga (EBIT) / Total Aset
  • B = Total Penjualan / Total Aset
  • C = Laba Sebelum Pajak dan Bunga (EBIT) / Total Utang
  • D = Modal Kerja / Total Aset

Kategori Hasil:

  • S > 0.862 → Perusahaan dalam kondisi sehat
  • S < 0.862 → Perusahaan berisiko tinggi mengalami kebangkrutan

Dampak Financial Distress

Dampak dari financial distress tidak cuma membuat keuangan berantakan, tapi juga berdampak luas pada bisnis, individu, dan bahkan kondisi mental. Yuk, pahami berbagai efek negatif yang bisa terjadi akibat kesulitan keuangan!

Kesulitan dalam Membayar Utang

Membayar hutang tidak tepat waktu bisa menyebabkan denda dan bunga yang makin membesar. Hal ini akan semakin membuat kondisi finansial semakin memburuk. Terutama jika Anda hanya mengandalkan satu pendapatan saja untuk memenuhi kebutuhan. Mau tidak mau makan harus mencari pendapatan tambahan atau membuat strategi untuk mengurangi beban utang. 

Skor Kredit Menurun

Ketika keuangan sedang kacau dan sering telat membayar hutang, maka bisa mengakibatkan penurunan skor kredit. Skor kredit yang buruk dapat menyulitkan individu atau bisnis dalam mengajukan pinjaman di masa depan. Semakin rendah skor kredit, semakin kecil peluang untuk mendapatkan pendanaan dengan bunga rendah atau persyaratan yang lebih fleksibel. Kondisi keuangan yang sulit  bisa menyebabkan keterlambatan pembayaran utang, yang berdampak pada penurunan skor kredit.

Kebangkrutan Finansial

Jika kesulitan finansial tidak segera diatasi, perusahaan atau individu berisiko mengalami kebangkrutan. Hal ini bisa berdampak luas, mulai dari kehilangan aset hingga kesulitan mendapatkan pinjaman atau bantuan keuangan di masa mendatang.

Cara Mengatasi Financial Distress

Mengatasi kesulitan keuangan membutuhkan strategi yang tepat supaya tidak semakin terjebak dalam masalah finansial. Berikut adalah langkah-langkah efektif untuk keluar dari tekanan keuangan dan menghindari risiko yang lebih besar.

1. Evaluasi dan Buat Rencana Keuangan Baru

Pertama, lakukan audit keuangan untuk menemukan masalah utama pada kondisi finansial Anda. Cek semua pemasukan, pengeluaran, dan utang. Setelah itu, buat rencana keuangan yang lebih realistis dengan fokus pada prioritas utama, seperti pembayaran utang dan kebutuhan pokok. Identifikasi masalah utama dan buat strategi perbaikan. Anda juga bisa membuat rencana anggaran untuk memantau keadaan keuangan tiap bulannya. 

2. Mengurangi Beban Utang

Bila cicilan mulai terasa berat dan Anda mulai kesulitan untuk melunasi hutang, lakukan konsolidasi hutang agar bisa lebih ringan. Konsolidasi hutang adalah menggabungkan semua utang menjadi satu. Melalui konsolidasi hutang, Anda bisa mendapatkan tenor lebih panjang atau bunga lebih ringan.  

3. Tingkatkan Pendapatan

Salah satu cara terbaik buat keluar dari financial distress adalah menambah penghasilan. Anda bisa mencari pekerjaan sampingan, menjual barang yang sudah tidak terpakai, atau menawarkan jasa freelance sesuai dengan keahlian yang dimiliki. Semakin banyak pemasukan, semakin membaik juga kondisi keuangan.  

4. Gunakan Bantuan Profesional

Jika financial distress makin parah dan sulit diatasi sendiri, tidak ada salahnya mencari bantuan dari konsultan keuangan. Mereka bisa membantu menyusun strategi yang lebih efektif, mulai dari negosiasi utang, perencanaan anggaran, hingga mencari solusi investasi yang lebih aman. Konsultasikan dengan pakar keuangan untuk mendapatkan solusi terbaik.

FLIN: Solusi untuk Bangkit dari Masalah Finansial 

Menghadapi tekanan finansial dapat dicegah dengan langkah-langkah yang tepat, mulai dari melakukan evaluasi keuangan hingga menyusun perencanaan yang matang. Namun, apabila kondisi sudah mendesak, FLIN hadir sebagai solusi untuk membantu mengelola dan melunasi utang dengan lebih efektif.

Melalui Program Dana Talangan, FLIN tidak hanya mengonsolidasikan utang, tetapi juga menyediakan pembiayaan hingga lunas. Dengan dukungan mitra yang memiliki izin dari OJK, FLIN melakukan mediasi dengan bank atau lembaga keuangan terkait agar klien dapat memperoleh cicilan yang lebih ringan dan sesuai dengan kemampuan finansialnya.

Selain itu, dapat dipastikan bahwa seluruh proses dilakukan secara aman, transparan, dan bebas dari biaya tambahan yang tersembunyi. Keamanan data pengguna menjadi prioritas utama, sehingga setiap transaksi berlangsung dengan penuh tanggung jawab dan sesuai regulasi.

Siap mengambil kendali atas keuangan Anda? Hubungi layanan pelanggan kami untuk konsultasi gratis dan temukan skema cicilan terbaik untuk Anda. Bersama FLIN, wujudkan masa depan bebas utang!

Ambil Langkah Pertama Menuju Hidup Bebas Utang

Pengelolaan pinjaman demi masa depan yang tenang bisa terselesaikan dengan mudah dan aman bersama FLIN