Konsumtif adalah perilaku membelanjakan uang secara berlebihan. Perilaku ini menjadi salah satu penyebab seseorang kesulitan untuk mengontrol keuangannya. Hal ini karena mereka tidak bisa membatasi keinginan untuk membeli barang tanpa mempertimbangkan fungsi dan manfaat bagi kehidupan sehari-hari.

Belakangan, perilaku ini menjadi fenomena yang makin umum terjadi di tengah masyarakat kita. Apalagi, saat ini akses ke berbagai produk dan layanan pembayaran pun semakin mudah.

Agar Anda tidak terjebak perilaku ini dan bisa lebih memahami konsumtif lebih dalam. Mulai dari pengertian, ciri, penyebab, hingga dampaknya, mari simak artikel FLIN berikut ini!

Apa itu Konsumtif?

Konsumtif adalah perilaku suka membelanjakan uang tanpa memperhatikan kebutuhan dan perencanaan keuangan yang matang. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), konsumtif memiliki arti bersifat konsumsi, yaitu hanya memakai dan tidak menghasilkan sendiri.

Sedangkan, pengertian konsumtif menurut ahli Setiaji dalam Konsumerisme adalah  kecenderungan seseorang berperilaku berlebihan dalam membeli sesuatu secara tidak terencana. Sehingga mereka membelanjakan uangnya dengan tidak rasional, hanya untuk mendapatkan barang yang dianggap menjadi simbol kemewahan.

Jadi, dari sini kita bisa simpulkan bahwa sifat konsumtif adalah perilaku seseorang membelanjakan uangnya tanpa perencanaan untuk mendapatkan kepuasan pribadi namun barang tersebut tidak memberikan pendapatan tambahan ke kas keuangan mereka.

Ciri-Ciri Perilaku Konsumtif 

Jika Anda bertanya-tanya apakah Anda termasuk seseorang yang konsumtif atau tidak, mari kenali ciri-cirinya berikut ini.

1. Cenderung Impulsif saat Membeli Barang

Pembelian impulsif ini sering terjadi ketika seseorang membeli barang tanpa perencanaan atau pertimbangan kebutuhan sehari-hari. Keputusan pembelian dilakukan secara mendadak, biasanya didorong oleh faktor emosional, daya tarik visual, atau adanya tekanan situasional.

Sebagai contoh, Anda membeli suatu barang karena dipengaruhi emosi seperti gembira, sedih, atau stres. Emosi tersebut menjadi pemicu untuk segera memuaskan diri dengan membeli sesuatu.

2. Menjaga Status di Mata Orang Lain

Seperti yang dijelaskan oleh Fromm dalam The Sane Society, perilaku konsumtif sering kali didorong oleh keinginan individu untuk menjaga statusnya di mata orang lain. Sehingga membuat individu tersebut membeli barang bukanlah karena butuh, melainkan keinginan untuk dianggap istimewa.

Kondisi ini diperparah dengan kebiasaan masyarakat yang sering kali menilai status sosial seseorang dari barang yang mereka miliki atau kenakan. Hal ini membuat seseorang akan terus bersifat konsumtif untuk mempertahankan atau meningkatkan status sosialnya.

3. Kesulitan dalam Membedakan Kebutuhan dan Keinginan

Apakah Anda kesulitan untuk membedakan mana kebutuhan dan keinginan? Jika iya, Anda masuk dalam ciri-ciri perilaku konsumerisme. Perilaku ini membuat Anda menganggap semua keinginan adalah kebutuhan yang harus segera dipenuhi dan sering kali tanpa mempertimbangkan kemampuan finansial.

4. Belanja Sebagai Bentuk Hiburan

Ciri berikutnya adalah ketergantungan belanja dan menjadikan kegiatan ini sebagai hiburan penghilang stres. Ketika sudah membeli barang, Anda akan merasa senang atau puas walaupun sebenarnya barang tersebut tidak terlalu dibutuhkan.

5. Penggunaan Kartu Kredit Berlebihan

Orang-orang yang konsumtif cenderung menggunakan kartu kredit untuk berbelanja tanpa mempertimbangkan kemampuan untuk melunasinya.

Perlu Anda ketahui, perilaku penggunaan kartu kredit yang tidak terkontrol dapat meningkatkan jumlah utang. Apalagi jika Anda hanya membayar jumlah minimum setiap bulannya, utang tersebut dapat terus bertambang akibat bunga dan biaya tambahan lainnya. 

6. Tidak Memiliki Rencana Keuangan

Kurangnya perencanaan keuangan jangka panjang juga menjadi ciri-ciri konsumerisme. Seseorang yang konsumtif akan lebih suka untuk menghabiskan uang yang dimilikinya daripada menyisihkan sebagian untuk ditabung atau diinvestasikan.

Akibatnya, mereka bisa mengalami stres finansial, yang kemudian akan menyulitkan untuk mencapai tujuan keuangan jangka panjang seperti dana darurat, tabungan pendidikan, atau pensiun.

Baca Juga: 11 Tips Efektif Cara Menghemat Uang Sehari-Hari

Penyebab Perilaku Konsumtif

Mengutip dari Estetika (2017:9-10) dalam Jurnal Mujahidah A. Nooriah (2020), faktor penyebab perilaku konsumtif ada dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor Internal terdiri dari konsep diri, di mana kita cenderung membeli barang sesuai dengan penilaian diri sendiri dan gaya hidup, yaitu ketika seseorang membeli barang selalu ingin mengikuti tren terkini.

Sedangkan, faktor eksternal dipengaruhi oleh kelompok referensi.

Lebih rinci, Sumartono (2002) di dalam buku Konsep Diri dan Konformitas Pada Perilaku Konsumtif Remaja karya Wardani Laila dan Ritia Anggadita, faktor internal dan eksternal dijelaskan sebagai berikut ini:

Faktor Internal

Faktor internal adalah kepuasan membeli suatu barang karena dipengaruhi oleh motivasi, harga diri, observasi, proses belajar, dan konsep diri.

1. Motivasi

Adanya motivasi yang dapat mendorong seseorang membeli suatu barang. Terlepas apakah agar terlihat lebih baik dibanding yang lain atau karena barang tersebut menarik perhatian.

2. Harga Diri

Harga diri menjadi faktor internal yang berperan penting dalam keputusan pembelian barang.

Seseorang yang memiliki harga diri rendah lebih mudah dipengaruhi oleh orang lain untuk membeli barang dibanding mereka yang memiliki harga diri tinggi.

3. Observasi Lingkungan

Sebelum membeli suatu barang, biasanya seseorang akan melakukan observasi dari pengalam orang lain atau pengalaman sendiri di masa lalu mengenai suatu produk.

4. Proses Belajar

Pembelian yang dilakukan oleh seseorang adalah rangkaian dari proses belajar. Jika mereka memiliki pengalaman masa lalu yang menyenangkan dengan barang yang dibelinya, maka ini akan menentukan mereka untuk membeli barang yang sama di masa mendatang.

5. Konsep Diri

Konsep diri ini berkaitan dengan ide, persepsi mengenai suatu barang yang dibelinya, apakah akan berdampak kepada dirinya sendiri atau tidak.

Faktor Eksternal

Faktor ini muncul dari hal-hal yang ada di luar kendali kita sebagai individu, bisa dari kebudayaan, kelas sosial, atau keluarga.

1. Kebudayaan

Kebudayaan berkaitan dengan hasil karya manusia, proses belajar, menjadi bagian dari masyarakat, dan dari sini bisa muncul kesamaan perilaku tertentu. Termasuk juga kebiasaan berbelanja berlebihan.

2. Kelas Sosial

Adanya penggolongan dalam kelas sosial juga menjadi penyebab seseorang berusaha untuk terlihat “lebih” walau sebenarnya mereka belum punya kemampuan untuk itu.

3. Keluarga

Ternyata keluarga juga memainkan peranan penting mengapa seseorang bisa berperilaku konsumtif. Hal ini karena keluarga turut membawa pengaruh atas keputusan seseorang dalam membeli sesuatu.

4. Kelompok Referensi

Kelompok referensi adalah kelompok orang yang memengaruhi sikap, pendapat, norma, dan perilaku konsumen. Kehadirannya membuat seseorang lebih mudah untuk membeli suatu barang agar dianggap sama dan jadi bagian dari kelompok.

Contoh Perilaku Konsumtif

Ada banyak contoh perilaku konsumtif yang mungkin tidak disadari Anda telah melakukannya. Berikut ini contohnya.

1. Takut Ketinggalan Tren

Contoh perilaku pertama adalah takut ketinggalan tren, atau yang dikenal juga dengan istilah FOMO (Fear Of Missing Out).

Ketakutan ini membuat seseorang gelisah jika ketinggalan suatu tren, sehingga mereka tidak segan menghabiskan uang untuk membeli barang-barang yang sedang tren tersebut. Tanpa sadar, keinginan untuk terus up to-date ini telah membuat mereka berperilaku konsumtif.

2. Keinginan Belanja Tinggi

Keinginan belanja yang tinggi dan datang dengan tiba-tiba juga menjadi contoh konsumerisme. Biasanya ini muncul dari dorongan emosional seperti takut kehilangan momentum, rasa sedih, atau pun senang.

Contohnya, Anda melihat promo besar di e-commerce lalu tanpa mempertimbangkan apakah membutuhkan barang itu atau tidak, Anda langsung membelinya.

3. Membeli Barang Demi Gengsi

Ketika Anda selalu ingin membeli barang baru karena tidak ingin tersaingi, ini juga contoh perilaku konsumtif.

Biasanya karena hal ini, seseorang akan melakukan apa saja untuk mendapatkan barang tersebut termasuk mengabaikan kemampuan finansialnya. 

Dampak Perilaku Konsumtif

Perilaku konsumtif memiliki dampak positif dan negatif dalam kehidupan kita, berikut ini penjelasannya.

Dampak Positif

Walau terlihat buruk, namun terdapat beberapa dampak positif dari perilaku konsumerisme, yaitu:

1. Memberikan Kepuasan Tersendiri

Beberapa orang akan merasa puas, lebih percaya diri ketika mereka bisa membeli barang yang diinginkan atau yang dianggap prestise.

2. Mempercepat Perputaran Roda Ekonomi dan Inovasi Produk

Konsumsi yang tinggi dapat meningkatkan permintaan terhadap barang atau jasa. sehingga mempercepat perputaran roda ekonomi.

Hal ini pada akhirnya akan mendorong produsen untuk menciptakan produk yang lebih inovatif dan berkualitas.

Dampak Negatif

1. Mengalami Masalah Keuangan

Perilaku membeli barang secara impulsif menyebabkan seseorang bisa terjerat utang dan kesulitan keuangan. Mereka bisa kesulitan membayar tagihan bulanan, telat bayar, mengalami denda, dan mengakibatkan skor kredit menurun.

Tidak hanya itu, mereka juga bisa kesulitan menyisihkan tabungan untuk dana darurat, sehingga saat keadaan tidak terduga terjadi mereka mengakalinya dengan berutang.

2. Masalah Kesehatan

Gaya hidup konsumtif bisa menyebabkan masalah kesehatan, seperti stres. Ini bisa terjadi akibat tekanan terus menerus untuk memenuhi keinginan. Bahkan bila stres ini tidak diatasi, bisa mengakibatkan depresi.

3. Sulit Mencapai Financial Freedom

Ketika kita tidak mempertimbangkan uang yang kita pakai, mencapai financial freedom menjadi suatu hal yang sulit. Hal ini karena kita menghambur-hamburkan uang untuk sesuatu yang tidak penting, sisa uang yang kita miliki pun pastinya terbatas, sehingga sulit untuk memiliki fleksibilitas dalam keuangan.

4. Menciptakan Kesenjangan Sosial

Ketika status seseorang hanya dinilai dari barang-barang mewah yang ia kenakan, ini akan menciptakan kesenjangan sosial yang makin nyata di lingkungan masyarakat.

5. Pemborosan Sumber Daya Alam

Selain merugikan diri sendiri, ternyata dampak perilaku konsumtif juga merugikan sumber daya alam, energi, dan material.

Hal ini karena perilaku konsumerisme mendorong peningkatan permintaan yang berlebihan terhadap produk, ini akan memaksa produsen menggunakan lebih banyak bahan baku, energi dan sumber daya alam.

Itulah pembahasan mengenai konsumtif. Dari sini kita bisa memahami bahwa perilaku ini membuat seseorang kurang bijaksana dalam mengelola keuangan hanya untuk memenuhi kesenangan sesat. Akibatnya kita bisa terlilit utang dan hidup menjadi tidak tenang.

Namun jangan khawatir, Anda masih memiliki jalan keluar untuk melunasi utang KTA, kartu kredit, pinjaman online, maupun paylater dengan cara konsolidasi utang bersama FLIN. Bila saat ini Anda tinggal di JABODETABEK, Bandung, Surabaya, dan Bali dan tengah menanggung utang lebih dari Rp20 juta, maka Anda adalah salah satu klien yang memenuhi syarat kelayakan Program Dana Talangan dan tim profesional FLIN akan membantu proses pelunasan utang tersebut menjadi lebih ringan.

Mari bebaskan diri dari utang dengan langkah-langkah bijak bersama FLIN, ayo ajukan konsultasi sekarang juga!

Ambil Langkah Pertama Menuju Hidup Bebas Utang

Pengelolaan pinjaman demi masa depan yang tenang bisa terselesaikan dengan mudah dan aman bersama FLIN