Dalam dunia pendanaan atau kredit, ada banyak faktor yang mempengaruhi bisa atau tidaknya pendanaan turun, salah satunya NPL.
Apa itu dan bagaimana cara untuk mengelolanya? Simak penjelasan lebih lanjut tentang NPL di bawah ini!
Apa Itu NPL?
NPL adalah indikator untuk menilai kemampuan seseorang dalam membayar utang. Secara umum, besaran NPL yang normal adalah 5%.
Jika lebih dari itu, bisa dipastikan Anda berada dalam masalah yang besar. Tentunya, ini menjadi poin penting yang perlu diperhatikan. Jika Anda ingin tahu lebih dalam soal definisi NPL, maka Anda bisa membacanya di sini
Baca Juga: Pinjaman Lunak: Pengertian, Jenis, dan Cara Mendapatkannya
Penyebab Terjadinya Non Performing Loans (NPL)
Umumnya, penyebab terjadinya NPL saling berkaitan dan tidak terjadi karena satu alasan saja. Beberapa faktor yang paling sering memicu terjadinya NPL antara lain:
1. Kondisi ekonomi yang memburuk
Saat ekonomi lesu, banyak individu maupun perusahaan mengalami penurunan pendapatan. Hal ini membuat mereka kesulitan membayar cicilan, sehingga risiko kredit macet ikut meningkat.
2. Risiko dari jenis usaha atau industrinya
Setiap sektor bisnis punya tingkat risiko yang berbeda. Misalnya, industri yang sangat bergantung pada harga komoditas atau pasar global bisa terdampak drastis saat terjadi perubahan harga, sehingga kemampuan debitur membayar pinjaman pun ikut terganggu.
3. Manajemen risiko yang kurang optimal di lembaga keuangan
Jika bank atau lembaga pendanaan tidak teliti dalam menilai kelayakan calon debitur atau kurang memantau portofolio pinjaman, kemungkinan munculnya kredit macet akan semakin besar.
4. Perubahan kondisi pribadi debitur
Situasi seperti PHK, sakit berkepanjangan, atau masalah keluarga dapat memengaruhi kemampuan seseorang untuk melunasi kredit tepat waktu.
5. Ketidakstabilan politik dan regulasi
Lingkungan politik atau hukum yang tidak stabil dapat memicu ketidakpastian ekonomi. Akibatnya, kemampuan usaha maupun individu dalam membayar pinjaman ikut menurun.
Rumus dan Contoh Perhitungan Rasio NPL
Berikut rumus yang digunakan untuk menghitung rasio NPL:
Rasio NPL = (Total NPL / Total Kredit) × 100%
Setelah mendapatkan hasil perhitungannya, nilai rasio NPL tersebut bisa dibandingkan dengan kategori penilaian berikut:
- Sangat baik: NPL di bawah 2%
- Baik: NPL berada antara 2% hingga 5%
- Cukup baik: NPL berada antara 5% hingga 8%
- Kurang baik: NPL berada pada kisaran 8% hingga 12%
- Tidak baik: NPL lebih dari 12%
Sebagai contoh, misalkan sebuah bank memiliki:
- Total kredit yang disalurkan: Rp200 miliar
- Total kredit bermasalah (NPL): Rp6 miliar
Maka perhitungannya:
Rasio NPL = (Total NPL / Total Kredit) × 100%
= (Rp6.000.000.000 / Rp200.000.000.000) × 100%
= 0,03 × 100%
Rasio NPL = 3%
Dengan rasio 3%, maka posisi NPL bank tersebut termasuk kategori sehat (karena berada di rentang 2% – 5%). Artinya, tingkat kredit macet masih terkendali dan risiko kredit dianggap moderat.
Baca Juga:
Dampak Akibat Non Performing Loans
Bagi Anda yang masuk kategori NPL, kondisi keuangan bisa terganggu cukup serius. Salah satu efek yang paling terasa biasanya berupa naiknya suku bunga atau syarat kredit yang menjadi lebih ketat.
Situasi ini dapat semakin menambah beban finansial, terutama jika Anda sudah kesulitan memenuhi kewajiban cicilan sebelumnya. Selain itu, ada beberapa dampak lain yang perlu diperhatikan:
- Reputasi keuangan menurun: Riwayat kredit yang tercatat bermasalah dapat merusak reputasi finansial seseorang, sehingga membuat proses pengajuan pinjaman baru jauh lebih sulit.
- Sulit memperoleh pinjaman tambahan: Adanya catatan NPL sering kali menjadi alasan penolakan ketika seseorang mengajukan kredit baru, sehingga ruang gerak finansial menjadi terbatas.
- Akses pendanaan semakin sempit: Anda yang terdampak NPL mungkin akan kesulitan mendapatkan akses pendanaan, baik untuk kebutuhan pribadi maupun untuk rencana keuangan jangka panjang.
Cara Bank Menurunkan Rasio NPL
Untuk menjaga kualitas portofolio kredit, bank perlu memastikan rasio NPL tetap rendah. Dua langkah utama yang biasanya dilakukan adalah:
1. Restrukturisasi kredit
Restrukturisasi berarti memperpanjang utang dengan tenor dan bunga yang baru. Dengan begitu, debitur atau pihak yang meminjam bisa menyelesaikan utang mereka dengan lebih lega. Mengingat, ini menjadi solusi yang membantu banyak orang yang terjerat banyak utang.
2. Penagihan dan penyelesaian kredit macet
Jika restruktrurisasi tidak memungkinkan, maka proses penagihan akan dilakukan. Proses penagihan akan dilakukan secara intensif jika debitur tidak berhasil melunasinya. Dengan harapan, mereka bisa melunasi utang mereka.
Baca Juga: Cara Membersihkan BI Checking, 100% Ampuh!
NPL menjadi salah satu jenis rasio yang sangat penting dalam mengukur kemampuan seseorang dalam melakukan pembayaran utang.
Untuk itu, pastikan agar Anda tidak terkena masalah NPL. Jika terkena, kemungkinan skor kredit Anda akan turun. Jika terkena masalah utang yang menumpuk, gunakan FLIN untuk mengatasinya. Kami memberikan solusi konsolidasi yang membantu menyatukan
Klik tombol di bawah ini untuk konsultasi!























