Restrukturisasi dalam konteks kredit adalah salah satu cara untuk membantu debitur yang mengalami kesulitan dalam pembayaran pinjaman. Cara ini cukup populer digunakan dalam skala kecil atau skala besar seperti korporasi.
Sebenarnya, apa itu restrukturisasi dan mengapa hal tersebut dilakukan? Dalam artikel ini, akan dijabarkan dengan rinci pengertian restrukturisasi, tujuan, jenis-jenis, contoh, serta kelebihan dan kekurangannya. Pastikan membaca sampai akhir untuk mendapat insight baru!
Pengertian Restrukturisasi
Restrukturisasi ternyata tak terbatas pada urusan kredit. Restrukturisasi merupakan sebuah konsep umum yang bisa digunakan dalam berbagai konteks. Berikut adalah penjabaran lebih rinci tentang restrukturisasi yang perlu Anda ketahui.
Arti Restrukturisasi Secara Umum
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, restrukturisasi memiliki arti penataan kembali. Dalam bahasa Inggris, restrukturisasi berasal dari kata restructure yang terdiri dari dua unsur, “re” yang berarti “kembali”, “lagi”, atau “ulang”, dan “structure” yang berasal dari bahasa Latin “structura” yang berarti “bangunan” atau “susunan”.
Dari dua makna tersebut, secara harfiah, restrukturisasi adalah proses menyusun kembali atau membangun ulang struktur yang telah ada.
Istilah restrukturisasi sering muncul di dunia bisnis, keuangan, maupun organisasi. Sederhananya, restrukturisasi bermakna penataan kembali atas suatu struktur yang sudah ada sebelumnya. Struktur ini bisa mengacu pada aspek hukum, organisasi, keuangan, operasional, dan sebagainya.
Restrukturisasi Dalam Konteks Keuangan dan Bisnis
Setelah memahami arti restrukturisasi secara umum, mari kita lihat bagaimana jika restrukturisasi diterapkan dalam konteks keuangan dan bisnis.
Dalam dua konteks ini, restrukturisasi dipahami sebagai proses penataan ulang sebuah struktur keuangan maupun struktur perusahaan yang sudah ada agar lebih sesuai dengan kondisi yang tengah dihadapi.
Struktur yang dimaksud bisa mengacu pada kewajiban, modal, maupun tata kelola operasional supaya lebih sejalan dengan perkembangan pasar dan kondisi perusahaan.
Restrukturisasi keuangan sendiri umumnya mengacu pada pengaturan ulang terhadap utang. Bentuk pengaturan ini bisa berupa penjadwalan ulang, pembayaran pokok dan bunga, maupun negosiasi tingkat suku bunga.
Sementara, restrukturisasi bisnis berkaitan dengan penyusunan ulang struktur organisasi, seperti penyederhanaan divisi atau efisiensi proses.
Baca juga: Pahami Jenis Restrukturisasi Kredit dan Contoh Skemanya
Tujuan Restrukturisasi
Dengan pemahaman tentang restrukturisasi, baik secara umum maupun spesifik di bidang keuangan dan bisnis, tentu Anda ingin mengetahui tujuan dilakukannya proses ini.
Pada bagian ini kita akan membahas beberapa tujuan restrukturisasi pada bidang keuangan dan bisnis.
1. Membantu Kelancaran Pembayaran Utang
Restrukturisasi terhadap utang memiliki tujuan untuk memberi kelonggaran kepada debitur dalam memenuhi kewajibannya. Restrukturisasi ini sering diajukan ketika debitur merasa kesulitan membayar utang.
Dengan mengatur ulang ketentuan pembayaran utang, seperti memberi perpanjangan tenor, menurunkan bunga, maupun negosiasi ulang lainnya, restrukturisasi utang diharapkan mengurangi risiko gagal bayar.
Baca juga: Apakah Galbay Aman atau Tidak? Ini Jawabannya
2. Menjaga Stabilitas Bisnis dan Arus Kas
Selain menjaga agar kewajiban membayar utang tetap terpenuhi, restrukturisasi juga bertujuan memperkuat struktur keuangan sebuah bisnis secara menyeluruh. Restrukturisasi berperan untuk menyeimbangkan likuiditas jangka pendek dan kesehatan neraca jangka panjang.
Sederhananya, restrukturisasi membantu bisnis agar aliran uang masuk dan keluar tetap seimbang. Dengan arus kas yang stabil, perusahaan dapat membayar kewajiban tepat waktu, tetap menjalankan kegiatan operasional, dan tidak mudah terganggu oleh perubahan kondisi ekonomi, sehingga pada akhirnya kelangsungan usaha bisa terjaga.
Jenis-Jenis Restrukturisasi
Restrukturisasi memiliki banyak jenis, di antaranya restrukturisasi kredit, restrukturisasi perusahaan, dan restrukturisasi organisasi. Apa beda antara ketiganya?
1. Restrukturisasi Kredit
Restrukturisasi kredit umumnya dilakukan oleh kreditur kepada debitur yang kesulitan membayar. Bentuk restrukturisasinya ada beberapa macam. Di antara yang sering diterapkan adalah penurunan suku bunga dan perpanjangan tenor.
2. Restrukturisasi Perusahaan
Restrukturisasi perusahaan merupakan langkah untuk menata kembali kepemilikan, sistem kerja, maupun struktur keuangan dan hukum agar lebih selaras dengan kebutuhan saat ini maupun rencana ke depan.
Umumnya, proses ini menyoroti tiga hal penting, yaitu pengelolaan aset, permodalan, serta manajemen organisasi. Dalam praktiknya, restrukturisasi juga harus mempertimbangkan kepentingan berbagai pihak yang terlibat, termasuk pemegang saham, karyawan, kreditur, mitra usaha, hingga masyarakat luas.
3. Restrukturisasi Organisasi
Pada dasarnya restrukturisasi organisasi adalah salah satu bagian dari restrukturisasi perusahaan. Restrukturisasi ini berarti mengubah susunan hierarki perusahaan, misalnya dengan penghapusan posisi, penggabungan, atau membuat posisi baru.
Meski sedikit banyak mengubah pola kerja antar karyawan, restrukturisasi organisasi tetap bertujuan untuk membuat perusahaan berjalan dengan lebih produktif dan efisien.
Contoh Restrukturisasi
Agar memahami konsep dan penerapan restrukturisasi, berikut adalah beberapa contoh kasus restrukturisasi, baik dalam hal kredit maupun restrukturisasi perusahaan.
1. Contoh Restrukturisasi Kredit Perbankan
Dian adalah seorang karyawan yang penghasilannya menurun karena mengalami pemotongan gaji. Sejak itu, Dian kesulitan membayar cicilan rumah di bank.
Kemudian Dian mengajukan restrukturisasi kredit kepada bank dan mendapat perpanjangan tenor dari 10 tahun menjadi 15 tahun. Dengan begitu, besar cicilan bulanannya juga menurun dan sudah sesuai untuk nominal gaji barunya.
Selain memperpanjang tenor, dalam hal ini bank juga bisa menawarkan bentuk restrukturisasi lain seperti penurunan bunga.
2. Contoh Restrukturisasi Perusahaan Besar
Sebuah perusahaan ritel mengalami penurunan penjualan akibat persaingan dengan e-commerce. Manajemen perusahaan kemudian memutuskan untuk melakukan restrukturisasi organisasi.
Beberapa divisi yang dinilai tumpang tindih akhirnya digabung. Selain itu struktur manajemen juga dipangkas agar lebih ramping. Di sisi lain, ada inovasi pembentukan unit bisnis baru untuk mendongkrak penjualan online.
Dengan perubahan ini, perusahaan bisa berjalan lebih efisien. Selain biaya operasional turun, perusahaan juga dapat terus eksis di era digital yang terus berkembang pesat.
Baca juga: Apa Itu Restrukturisasi hutang? Panduan Lengkap Kelola hutang
Kelebihan dan Kekurangan Restrukturisasi
Meski restrukturisasi memiliki kelebihan yang sangat membantu dalam penyesuaian kondisi, restrukturisasi juga memiliki beberapa kekurangan.
1. Kelebihan Restrukturisasi
Selain beban keuangan yang lebih ringan, kelebihan restrukturisasi terletak pada nilai aset yang lebih terjaga hingga peluang untuk berkembang.
- Beban Keuangan Lebih Ringan
Cicilan atau kewajiban jadi lebih mudah diatur. Dengan pengeluaran yang lebih efisien, kondisi keuangan juga jadi lebih stabil. - Aset yang Lebih Terjaga
Restrukturisasi membantu menjaga aset penting, baik berupa barang berharga maupun hal yang mendukung kelangsungan usaha. - Peluang Bertahan dan Berkembang
Saat tekanan keuangan berkurang dan pengelolaan lebih rapi, ada ruang untuk menyusun rencana baru agar bisa tetap bertahan sekaligus tumbuh.
Baca juga: Cara Melunasi Hutang 100 Juta dengan Aman
Kekurangan Restrukturisasi
Kekurangan restrukturisasi di antaranya adalah tambahan waktu dan biaya, kebutuhan proses adaptasi, hingga risiko mendapatkan penilaian negatif.
- Tambahan Waktu dan Biaya
Kewajiban tetap harus dipenuhi, tetapi dengan jangka waktu yang lebih panjang. Artinya, alokasi dana untuk cicilan harus terus disiapkan dalam periode yang lebih lama, ditambah kemungkinan adanya biaya ekstra seperti administrasi. - Butuh Proses Adaptasi
Perubahan aturan atau skema baru kadang membuat proses sempat kacau, menurunkan produktivitas, atau memengaruhi semangat pihak yang terlibat. Jika perencanaannya kurang tepat, restrukturisasi hanya menunda masalah tanpa benar-benar menyelesaikannya. - Risiko Penilaian Negatif
Restrukturisasi kadang dipandang sebagai tanda kesulitan keuangan, yang bisa menurunkan kepercayaan pihak lain.
Restrukturisasi memang bisa jadi jalan keluar ketika cicilan terasa menekan. Tapi seringkali prosesnya butuh waktu, biaya tambahan, dan negosiasi yang cukup rumit. Karena ini, banyak orang yang akhirnya mencari cara lebih praktis untuk melakukannya.
Jika Anda sedang menghadapi kondisi serupa, terutama dalam masalah utang kredit, ada layanan pelunasan utang yang bisa membantu proses restrukturisasi utang dengan lebih mudah. FLIN merupakan sebuah lembaga pelunasan utang terpercaya yang bisa Anda pertimbangkan!
Selain melakukan proses restrukturisasi utang, Program Dana Talangan FLIN juga membantu menyelesaikan utang dengan proses konsolidasi. Sederhananya, jika Anda memiliki lebih dari satu cicilan dengan bunga yang tinggi, semuanya akan digabungkan menjadi satu skema baru dengan bunga yang lebih ringan.
Segera ajukan Program Dana Talangan sekarang, dan pastikan melangkah lebih dekat menuju kebebasan finansial!