FLIN bukan pemberi pinjaman dan tidak menyediakan pinjaman baru. | FLIN hadir untuk membantu penyelesaian pinjaman yang sudah ada dengan institusi keuangan atau pemberi pinjaman.
Konsumerisme vs Hedonisme, Terlihat Sama Tapi Beda, Apa Itu?

Konsumerisme vs Hedonisme, Terlihat Sama Tapi Beda, Apa Itu?

Konsumerisme vs Hedonisme, Terlihat Sama Tapi Beda, Apa Itu_

Kalau Anda terlalu boros, pasti ada orang yang bilang “jangan terlalu hedon dong!” atau “ini karena Anda terlalu konsumerisme!”. Nah, apa beda antara dua-duanya?

Baik konsumerisme maupun hedonisme memiliki arti yang berbeda, walaupun secara dampak sama yakni memberikan dampak buruk yang berujung pemborosan.

Jika dibiarkan ini bisa membuat Anda terbeban banyak masalah, salah satunya utang yang menumpuk. Simak lebih lanjut penjelasannya di bawah ya!

Pengertian Konsumerisme dan Hedonisme

Konsumerisme adalah pola hidup yang mendorong seseorang untuk terus membeli atau menggunakan barang dan layanan secara berlebihan, biasanya dipicu oleh tren, lingkungan sosial, atau dorongan untuk terlihat “lebih mampu”.

Dalam kehidupan modern, konsumerisme makin mudah terbentuk karena hadirnya e-commerce, media sosial, dan arus promosi yang tidak ada habisnya. Fokus utamanya adalah kepemilikan, semakin banyak barang yang dimiliki, semakin tinggi rasa puas atau percaya diri seseorang.

Sementara itu, hedonisme adalah pandangan hidup yang menempatkan kesenangan sebagai tujuan utama. Bukan soal barang apa yang dimiliki, tetapi pengalaman apa yang bisa dinikmati mulai dari makan di restoran mahal, liburan ke destinasi populer, hingga menikmati hiburan premium.

Selain itu, hedonisme tidak identik dengan belanja barang, tetapi lebih pada mengejar rasa senang, kenyamanan, atau pleasure tanpa mempertimbangkan dampak jangka panjang.

Baca Juga: Konsumerisme: Pengertian, Dampak, dan Contohnya

Perbedaan Konsumerisme dan Hedonisme

Berikut ini adalah perbedaan konsumerisme dan hedonisme dilihat dari beberapa indikator:

1. Fokus perilaku (Beli barang vs mencari kesenangan)

Kalau konsumerisme lebih bersifat pada “status” atau keinginan agar terlihat keren di mata orang. Itulah yang menjadi penyebab mereka berupaya membeli barang sebanyak mungkin.

Sementara itu, hedonisme lebih berpusat kepada “rasa bahagia atau kepuasan diri”. Ini biasanya terjadi ketika sudah melakukan aktivitas seperti menonton konser, jetski atau membeli barang-barang mewah.

2. Dampak pada keuangan dan pengeluaran

Karena ingin terlihat keren di mata umum, bisa dibilang konsumerisme tidak ada batasnya. Orang-orang cenderung akan membeli barang terus agar terlihat keren. Ini bisa berdampak pada keborosan dan keinginan untuk meminjam uang di pinjol.

Sementara itu, hedonisme hanya berpusat pada rasa kepuasan diri, dimana ini tentunya ada batasannya. Secara umum, dampak yang dirasakan hanya akan berupa tabungan yang lebih tipis. Terlepas dari konsumerisme atau hedonisme pastikan agar Anda bisa mengatur pengeluaran sebijak mungkin.

Lepaskan diri dari kebiasaan buruk dan belilah barang yang benar-benar dibutuhkan. Jika Anda terjebak dalam solusi utang yang menumpuk, klik tombol di bawah untuk konsultasi gratis sekarang!

Baca Juga: 5 Penyebab Anda Terlilit Utang: Apa Saja?

Contoh Konsumerisme dan Hedonisme dalam Kehidupan

Agar lebih mudah memahami perbedaan konsumerisme dan hedonisme, berikut beberapa contoh keduanya dalam kehidupan sehari-hari:

1. Konsumerisme dalam belanja dan gaya hidup digital

Misalnya:

  • Membeli gadget terbaru setiap kali rilis meskipun yang lama masih berfungsi.
  • Checkout produk karena terpengaruh review influencer.
  • Mengikuti tren fashion setiap musim hingga lemari penuh barang yang jarang dipakai.
  • Impulsif belanja saat flash sale atau payday sale hanya karena “sayang kalau tidak beli”.

2. Hedonisme dalam hiburan, traveling, dan leisure

Misalnya:

  • Liburan ke destinasi yang sedang viral meski belum direncanakan dalam budget.
  • Nongkrong di café estetik setiap minggu demi suasana atau konten.
  • Menonton konser atau event premium secara rutin.
  • Menghabiskan banyak uang untuk self-reward yang berlebihan, seperti spa mahal, private class, atau fine dining.

Cara Menghindari Pola Hidup Konsumtif dan Hedonis

Agar terhindar dari pola hidup konsumtif dan hedonis, berikut beberapa cara yang bisa Anda terapkan:

1. Tetapkan prioritas keuangan

Sebelum mengikuti tren atau merencanakan hiburan, pastikan kebutuhan utama sudah terpenuhi, mulai dari tagihan, tabungan, dana darurat, dan investasi. Dengan menentukan prioritas, Anda bisa lebih jelas membedakan mana kebutuhan, keinginan, atau sekadar dorongan sesaat.

2. Batasi impuls belanja & gaya hidup berlebihan

Cobalah menerapkan jeda sebelum membeli, misalnya 24 jam rule atau wish list review tiap minggu. Untuk hiburan, tetapkan batas bulanan agar tidak kebablasan. Anda tetap bisa menikmati hidup, tetapi dengan porsi yang lebih sehat dan seimbang.

Akhir kata, mau konsumerisme, hedonisme atau isme apapun, semuanya tergantung pada diri Anda sendiri. Mau sehemat apapun, jika Anda masih terdorong oleh gaya hidup, rasa kepuasan semu karena ingin terlihat keren, maka ini bisa saja membuat lubang yang sama lagi dan lagi.

Jika tidak, Anda bisa terjeblos ke lubang utang yang sama. Agar teratasi, Anda bisa mengatasinya dengan FLIN. FLIN dapat membantu Anda memahami kondisi finansial saat ini, mengevaluasi beban cicilan, dan memberikan rekomendasi langkah terbaik agar keuangan kembali terkendali.

Yuk, konsultasi masalah keuangan Anda bersama FLIN dengan cara klik di bawah ini!

Cari Artikel Di Sini